Mengenal Rumah Adat Osing Kemiren

Rumah Osing adalah rumah adat Suku Osing yang berada di Desa Kemiren, Banyuwangi yang ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Daerah Banyuwangi. Terdapat beberapa tradisi yang wajib dipatuhi saat membangun Rumah Osing.

Salah satunya adalah, bahwa bangunan harus menghadap ke arah jalan, tidak boleh ke gunung (arah rumah ditentukan dari hari meninggalnya orang tua). Setelah rumah dibangun, maka akan digelar selamatan.

Berikut ini beberapa aturan dalam membangun rumah Osing. Baca ulasan ini.

Konsep Tata Ruang

Rumah Osing tidak memiliki jendela, sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan kurang. Pola ruang dalam sejajar, mulai dari pintu masuk depan yang berada ditengah dan membagi sisi rumah secara simetris.

Bagian dalam rumah, terdiri dari bale, jrumah, dan pawon. Pada bagian  bale, masih bisa dijangkau oleh tamu luar dan untuk pencahayaan cukup terang. Pada bagian jrumah atau inti rumah, hanya bisa diakses oleh penghuni dan kerabat karena sifatnya pribadi. Pencahayaan di ruangan ini gelap.

Pada bagian pawon atau dapur, pencahayaan bisa masuk pada pintu belakang sehingga cukup terang. Selain untuk memasak, dapur juga memiliki fungsi untuk mempersiapkan acara selamatan penduduk.

Pada zaman dahulu, masyarakat Suku Osing sering menyimpan lumbung padi di depan rumah, karena sering terjadi pencurian di zaman sekarang lumbung padi tersebut dipindahkan ke pawon.

Bagian luar rumah terdiri atas, halaman depan, amper, ampok dan halaman samping. Amper atau ampiran berfungsi untuk menerima tamu atau biasa disebut teras rumah. Ampok adalah ruang tambahan yang ada di samping serambi rumah, Mempunyai fungsi sebagai ruang transisi dari luar dan dalam rumah.

Atap Rumah

Atap rumah bagi masyarakat suku Osing, melambangkan suatu kasta. Atap rumah Osing terbagi menjadi atap tikel balung, baresan, dan cerocogan. Atap tikel balung mempunyai ciri beratap empat, hal ini melambangkan bahwa penghuninya sudah mapan.

Atap cerocogan memiliki atap dua, yang melambangkan bahwa penghuninya adalah keluarga muda (muda-mudi yang baru saja menikah) atau keluarga yang ekonominya relatif rendah.

Atap baresan memiliki atap tiga yang melambangkan bahwa pemiliknya sudah mapan, secara materi berada di bawah rumah bentuk tikel balung.

Bentuk Dasar

Pondasi utama rumah Osing berupa susunan rangka empat tiang kayu. Susunannya tanpa menggunakan paku, tetapi menggunakan paju (pasak pipih). Kayu diperoleh langsung dari hutan sekitar Desa Kemiren. Jenis kayu yang digunakan di antaranya kayu bendo, tanjang risip, dan cempaka.

Atap ditutup menggunakan genting, dan alasnya masih berlantai tanah. Dinding samping dan belakang rumah Osing terbuat dari anyaman bambu (gedheg). Pada rumah Osing yang masih asli, bagian depan menggunakan gebyog dari papan kayu dilengkapi roji sebagai lubang ventilasi dan pencahayaan.

Sedangkan dindingnya menggunakan gedheg pipil serta sama sekali tidak memiliki jendela. Dinding dan partisi rumah yang sudah mengalami perubahan menggunakan gedheg langkap tanpa jendela, sedangkan bagian depan sudah menggunakan kaca.

Ornamen yang sering digunakan pada hiasan rumah Osing adalah motif flora (peci-ringan, anggrek, ukel kangkung, ukel anggrek, dan ukel pakis) dan geometris (slimpet dan kawung). Ornamen tersebut dipasang pada doplag, ampig-ampig, gebyog (bale dan jrumah) dan roji.

Share:

Ada yang bisa kami bantu?
Setujui privacy policy kami terlebih dahulu untuk memulai percakapan