Unik! Inilah tradisi-tradisi yang dapat kamu jumpai di Desa Wisata Adat Osing Kemiren

Desa Wisata Adat Osing Kemiren adalah salah satu desa di Banyuwangi yang tradisinya sampai sekarang masih dilestarikan. Bahkan, hal itu dapat menjadi produk wisata berbasis sejarah. Berbicara mengenai sejarah, tentu saja di setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing. Pun dengan Desa Wisata Adat Osing Kemiren, mari simak apa saja tradisi-tradisi yang hanya ada di Desa Kemiren.

  1. Barong Ider Bumi

Barong Ider Bumi (Barong Mengelilingi Bumi) adalah tradisi warga Desa Kemiren yang diselenggarakan dengan cara kelompok Barong yang diarak mulai dari ujung timur sampai ujung bara desa. Tradisi ini biasanya dilaksanakan ketika bulan Syawal.

Filosofi dari adanya tradisi ini pada zaman dahulu yaitu masyarakat percaya jika Barong yang diarak dapat mengusir kemarau berkepanjangan sehingga hujan cepat turun agar lahan sawah warga dapat mendapatkan air yang cukup serta tanamannya tumbuh subur.

  1. Bersih Desa

Tradisi Bersih Desa biasanya dilakukan sebagai rasa syukur perayaan Hari Raya Idul Adha setelah masyarakat memanen hasil sawahnya. Biasanya, masyarakat menggelar selametan, yaitu berkumpulnya warga desa di pendopo untuk berdoa dan makan bersama. Makanan yang disuguhkan adalah kuliner khas Banyuwangi yaitu Pecel Pitik.

  1. Mepe Kasur

Tradisi Mepe Kasur (Menjemur Kasur) masih menjadi serangkaian kegiatan dari Tradisi Bersih Desa. Kasur yang dijemur masyarakat Osing Desa Kemiren adalah kasur yang berwarna merah dan hitam. Ternyata, kasur dengan dua warna tersebut memiliki maknanya masing-masing.

Kasur merah hitam melambangkan kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya yang tidak pernah terputus. Harapannya, setelah anaknya menikah, ia dapat mendapatkan rasa kasih sayang serupa yang diberikan oleh Ibunya. Oleh karena itu, tradisi ini dilakukan dengan cara seorang Ibu memberikan kasur merah hitam kepada anaknya yang telah menikah.

  1. Menyalakan Obor

Tradisi menyalakan obor memiliki kaitan dengan Tradisi Tumpeng Sewu yang dilaksanakan pada setiap awal bulan Dzulhijjah. Prosesi ini dilakukan dengan cara menyalakan obor di sepanjang jalan yang apinya berasal dari sumber api biru Kawah Ijen.

Mengapa harus api biru Kawah Ijen? Karena api tersebut selalu menyala sampai sebelum matahari terbit, masyarakat menyebutnya api abadi. Obor yang dinyalakan pun harus bersama-sama dengan arak-arakan Barong. Lalu kemudian masyarakat mengeluarkan tumpengnya dari dalam rumah. Sebelum masyarakat menyantap tumpeng bersama-sama dengan cara makan panjang, masyarakat melakukan doa terlebih dahulu.

Api abadi dari sumber api biru Kawah Ijen disebut-sebut oleh masyarakat Desa Osing Kemiren sebagai analogi agar persaudaraan masyarakat desa tidak pernah putus dan selalu semangat dalam melakukan pembangunan desa.

  1. Gedhogan

Tradisi Gedhogan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Desa Osing Kemiren khususnya Ibu-ibu yang berusia 60 tahunan. Gedhogan itu sendiri maksudnya adalah menumbuk beras atau tepung di dalam lesung. Bahkan, tradisi ini masih sering dilakukan hingga sekarang dan menjadi daya tarik tersendiri bagi Desa Wisata Adat Osing Kemiren, lho.

  1. Kopi Sepuluh Ewu

Kopi Sepuluh Ewu (Kopi Sepuluh Ribu) adalah perpaduan antara tradisi dan ekonomi kreatif yang setiap tahunnya dilaksanakan sebagai festival unggulan oleh kalender festival Pemkab. Banyuwangi. Kopi Sepuluh Ewu adalah tradisi yang muncul dari rakyat, dilestarikan oleh rakyat dan untuk rakyat.

Di sepanjang jalan Desa Kemiren, biasanya telah disediakan tikar atau tempat duduk untuk para pengunjung yang datang menikmati kopi gratis yang dapat dinikmati bersama jajanan tradisional seperti apem, kucur, pisang goreng dan lain-lain. Tempat seduh yang digunakan pun menggunakan cangkir khusus yang mungkin sudah sulit ditemui di masa sekarang.

Makna dari adanya tradisi ini adalah bukti kehangatan dan gemar berbaginya masyarakat Desa Kemiren terhadap masyarakat lain. Sehingga membuat masyarakat di desa ini mempunyai nilai lebih dalam bersosialisasi dan berbagi.

  1. Berbahasa Osing

Siapa sangka? Berbahasa Osing di kehidupan sehari-hari ternyata disebut-sebut menjadi tradisi masyarakat Desa Osing Kemiren. Hal ini dikarenakan modernisasi anak jaman sekarang yang mungkin sudah melupakan sejarah dan tradisinya dalam berbahasa. Oleh karena itu, berbahasa Osing tetap dilestarikan sampai sekarang mengingat Bahasa Osing adalah bahasa asli dari Suku Osing.

Itulah beberapa daftar tradisi-tradisi yang hanya ada di Desa Wisata Adat Osing Kemiren. Unik, bukan? Kamu bisa mengunjungi Desa Wisata Adat Osing Kemiren ini untuk melihat tradisi-tradisi yang masih dilestarikan dan menjadi daya tarik wisata sendiri di desa tersebut. Tunggu apalagi. Segera siapkan rencana liburan di Banyuwangi.

Share:

Ada yang bisa kami bantu?
Setujui privacy policy kami terlebih dahulu untuk memulai percakapan